Tips Membeli Rumah dalam Perspektif Warga Tangerang

Posted by resrsr on Friday, October 26, 2012

Membeli Rumah Di Tangerang - Saat akhirnya saya memutuskan untuk membangun rumah di daerah barat Tangerang, ada beberapa hal yang sebelumnya saya pertimbangkan. Niat melakukannya (membangun rumah) sebenarnya sudah lama ada, namun dikarenakan dana dan kesempatan belum mendukung jadi baru terealisasi. Dan saat semuanya sudah siap, rencana yang memang sudah ada sejak awal langsung saya laksanakan. Berikut pertimbangan-pertimbangan saat membeli rumah di daerah Tangerang.

Perspektif Rumah Di Tangerang

Rumah dijual di tangerang

Awalnya saya merasa berat membeli rumah di kawasan dekat rumah orangtua di Cipondoh,
Tangerang. Hanya satu hal yang diberatkan, yaitu harga rumah yang mencapai Rp 250 jutaan lebih. Saya pernah mengajukan kredit pinjaman ke Bank BTN, wah bisa sih saya dikasih Rp 200 juta. Tapi uang bulanan yang harus dibayar sekitar Rp 1,7 juta perbulan. Ehm… uang dari mana?
Akhirnya saya memutuskan untuk menunda saat itu. Tapi agak menyesal sekali, karena memang rumah orangtua saya itu sudah dekat dengan fasilitas umum dan angkutan umum yang memadai. Dekat dengan terminal, dan tentunya sudah ramai. Satu hal lagi, rumah orangtua saya dekat dengan mini market yang selalu menjadi andalan saya untuk membeli keperluan sehari-hari, terutama kopi. Harga yang murah menjadi pilihan itu.

Waktu Yang Tepat Untuk Menunda Dan Pertimbangan Harga

Akhirnya selepas saya pindah kantor dan memulai hidup baru dan pekerjaan baru, saya banyak membaca buku soal gaya hidup di negara-negara maju seperti Jepang, Inggris dan Amerika Serikat. Selain itu saya beberapa kali mengikuti diskusi soal gaya hidup hijau, termasuk konsep rumah di masa kampanye hijau di dunia.
Dalam konsep pembangunan sebuah kota, idealnya terbagi menjadi 6 kawasan. Yaitu industri, pemerintahan, perbisnisan, hunian, perdangan, dan hutan kota. Kelimanya harus dibangun secara terpisah, dengan tujuan pembangunan tidak berantakan dan sentralistik. Pemisahan itu juga akan memberikan nafas untuk ruang-ruang yang membutuhkan kebersihan lebih dengan bebas dari polusi.

Lokasi, Jarak Tempuh Tempat Kerja Dan Fasilitas Umum

Masalah jarak, di zaman yang terus berkembang itu bukan masalah. Di Amerika Serikat pun kebanyakan warganya tinggal di kawasan perumahan yang jauh dengan kawasan perbisnisan dan perbelanjaan. Jika ingin dekat dengan kawasan perbisnisan, warganya harus tinggal di apartemen. Hal yang sama terjadi di Jepang.
Bagaimana dengan di Jakarta? Jakarta sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan industri sudah carut marut ditambah dengan kawasan hunian. Rasanya punya rumah di Jakarta di pusat Ibukota itu masih menjadi gaya hidup yang membanggakan. Apa enaknya? Suasana yang ada hanya bising, melihat kerepotan orang, dan carut marut transportasi.

Kesimpulan: Kenyamanan Untuk Keluarga Tercinta


Mengapa tidak tinggal di kota penyanggah Ibukota? Depok, Bogor, Bekasi, atau Tangerang? Jauh? Ayolah, jarak bukan menjadi masalah karena sudah ada kendaraan dan teknologi semakin canggih.
Rumah, pada dasarnya adalah istana untuk melepaskan diri dari kepenatan pekerjaan (di kota besar). Rumah sebagai ajang ekspresi diri dan keluarga dalam berkarya, dan rumah juga sebagai tujuan akhir dari rutinitas. Menapa tak memilih rumah yang nyaman dengan konsep ‘kembali ke alam’ dan ‘bergaya lingkungan’?

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment